mewadahi yang tak terwadahi
mengungkap yang belum terungkap
menyusuri lorong-lorong yang jarang dilewati

Sunday, December 12, 2010

refleksi


Semuanya berubah cepat. Waktu seakan berlari sprint, dan jika kita tak ikut berlari kita akan tertinggal oleh sang waktu dan hanya tergugu dan membisu...kenapa semuanya seolah pergi meninggalkan kita...

mm terkadang sepi menghampiri, kala kesibukan mulai mereda..
terkadang sebuah tamparan hebat mengena di pipi ketika ternyata orang-orang di sekelilingku pun telah memilih jalan hidupnya dan mencecap buah-buah manisnya..

bersyukur bahwa apa yang dulu kutanyakan dan membuatku tergugu " Apakah yang akan kamu ubah jika andai bisa memutar waktu?" Jawab kekasihku waktu itu," Tidak, aku tak pernah menyesal, Point of no return." waktu itu aku hanya terbengong.. sungguh sebuah pernyataan kepenuhan...
Dan aku bersyukur, di titik ini aku bisa mengatakan hal yang sama. Frank Sinatra berlagu I did it my way.. so begitulah kira-kira perjalananku...

Di setiap penghujung tahun, dengan sadar kutengok ke belakang untuk kembali memaknai setahun peziarahan hidup, sekaligus memunguti impian-impian yang sempat terserak di sepanjang perjalanan itu.. Dan mengaso sejenak, melepas dahaga, menatap cakrawala... melihat mentari yang mulai terbenam saat senja... dan menanti fajar yang akan menggeliat esok pagi...

Selamat berefleksi dear....
Take a good care ...cayo...

Wednesday, December 08, 2010

Sisi Gelap dan Sisi Terang

Sebuah buku dengan cover yang biasa, layaknya buku rohani lainnya. Tampak tidak menarik. Sebuah tulisan Sisi Gelap Terang di tengah, dan sebuah ilustrasi bayangan seorang lelaki, dan sepasang sepatu hitam pantofel menghiasi cover buku ini. Awalnya seorang kawan memromosikan, "Ini buku bagus, kalo aku dah selesai, kamu boleh pinjam,"kata D suatu siang. Mmmhh ia mengatakannya seolah mengandaikan bahwa aku tertarik ingin membaca buku yang baru saja ia beli itu. Sebuah buku yang diterbitkan OBOR berwarna dominan hitam, abu-abu, putih dan hijau lumut.

Yah..demi sebuah relasi, dengan enggan kupinjam buku berjumlah 196 halaman itu. Mmh... sehalaman demi sehalaman aku buka dan resapi buku karya seorang rohaniwan Wolfgang Bock, SJ itu... semakin lama aku makin terhanyut ke dalamnya. Pater Wolfgang membagi buah pikirannya menjadi tujuh bab; Mengenal Sisi Gelap, Memproyeksikan Sisi Gelap, Menarik Kembali Proyeksi Sisi Gelap, Yesus dan Sisi Gelap, Bersahabat dengan Sisi Gelap, Butir Emas Dalam Sisi Gelap, Sisi Gelap dan Spiritualitas.

Tulisan Pater Wolfgang begitu enak dibaca, walaupun materi yang beliau angkat begitu fundamental... Kita pasti punya bayangan, sungguh seorang manusia yang aneh jika tidak punya bayangan... Bila ada bayangan, pasti juga ada sumber cahaya. Terang dan gelap saling mengait, benar-benar berpasangan. (hal.3) Ilustrasi tersebut tepat sekali menggambarkan betapa sungguh alami bahwa kita punya sisi gelap dan terang. Sisi gelap dan terang ini bagaikan dua sisi dalam sekeping uang logam. Kita tak bisa memilih satu di antaranya.

Sisi gelap itu terkait dengan salah satu sifat atau tabiat yang bertalian dengan tingkah laku yang sulit diterima, misalnya rasa iri, kikir dan tingkah laku kasar. Istilah sisi gelap ini menunjuk pada semua sifat dan tingkah laku yang dengan sadar tidak kita terima dan oleh karena itu kita menggeser dan menekannya. Selain itu, ada juga unsur-unsur sisi gelap yang tidak kita sadari dan yang tetap tinggal tersembunyi bagi kita sendiri. (hal. 3) Jika sisi gelap ini tidak kita olah, maka suatu saat jika ia muncul ke permukaan, maka kita akan terkejut bahkan mungkin dapat dikuasainya. Bukan hanya kita yang terkejut, terlebih orang-orang terdekat di sekitar kita. Sebaliknya, jika sisi gelap itu kita sadari dan olah maka hal itu akan menjadi energi yang luar biasa. Membuat diri kita utuh. Menjadi pribadi yang dewasa.

Buku ini mengajak pembaca mengembara ke area yang mungkin asing bagi sebagian dari kita, menakutkan... Karena itulah, penulis membuat langkah-langkah yang sistematis, runtut dan tidak terlalu radikal. Perlahan namun pasti, ia menuntun kita untuk berani menuruni tangga ke bawah tanah untuk menemui sisi gelap kita dan merangkulnya, menerimanya.

Selapis demi selapis kita diajak masuk ke ruang terdalam diri kita. Sebuah pengembaraan yang mendebarkan namun berarti... Buku ini layak dibaca bagi kawan-kawan yang mau membuat hidupnya bermakna. Karena hidup yang tidak bermakna adalah hidup yang tidak layak untuk dijalani.

Buku ini sarat contoh, dan penulis pun tak enggan untuk mensharingkan pengalamannya. Ia tak berjarak dengan pembacanya. Ia berproses bersama. Seolah kita sedang beranjangsana, bertatap muka dengan pembimbing rohani kita.

Saya sendiri belum selesai "bertatap muka" dengan Pater Wolfgang. Jika sudah, saya akan membagi pengalaman saya dengan teman-teman...

Jika teman-teman sudah membacanya, mari kita sharing bersama....:)

Monday, October 18, 2010

Cerita

Tentu ada penyebabnya
Tentu ada karena bermakna
Terjadi dari jalinan peristiwa
Dimulai dari sebuah kerinduan
Untuk memulai sebuah cerita

Sunday, October 17, 2010

Mengapa

Aku tidak tahu ini sebuah kepengecutan atau bukan....
tapi mengapa aku tidak melangkah maju...
kenapa berhenti di titik ini,
padahal kutahu bahwa pikiranku tak mengizinkannya...
hatiku pun tidak...
lalu apa yang membuat kakiku berhenti melangkah?
Apa yang kucari?
Sebuah bayangan maya?
Semu?
Tak bermakna?
Mengapa harus berlari tak tentu arah tujuan?
Mengapa harus takut untuk bergerak menuju titik terang itu?
Mengapa ragu dan takut?
Mengapa tak berani percaya
bahwa aku tak sendiri?
bahwa Ia ada....

(gambar diambil dari Adex Inu.blogspot.com)

Monday, October 11, 2010

Hari ini

Kuterbangun...

Saat darasan Malaikat Tuhan dari radio berkumandang...

Ah sudah pagi rupanya

Saatnya untuk bergegas

Mm... kulangsung meluncur ke dapur

Berjibaku dengan bayam, wortel dan bumbu dapur

Hari ini ku ditemani buah dan sayur

Syukur...

Ternyata memasak bagus juga

Sebagai aktivitas yang menjaga

kreativitas jiwa

dan menyehatkan raga

hahaahah

Thursday, September 30, 2010

Melambat

Ketika mengalami ketergesaan, harus berlari mengikuti arus yang cepat, berderap dalam ritme yang melesat... sering kita terhanyut dalam kecepatan itu... dan tersesat....
Ya, dalih bersegera ke tujuan terkadang membuat kita hilang arah tujuan itu sendiri...
sebuah paradoks...
Dan, paradoks perlu dihadapi dengan paradoks juga. Teringat akan ide dari Kompas bahwa ketika terhanyut dalam arus yang cepat, baiklah melakukan perlambatan...itulah yang ingin kumulai...

Ingin kupunguti satu demi satu makna yang terserak terlepas dari genggaman..akibat ketergesaan

Merenungi, meresapi dan diam tenang dalam kekinian.... saat ini....

Monday, January 04, 2010

Sebel

Sebel ih sebel
Kenapa sebel?
Sebel ih sebel
Karena ternyata aku masih sebel
Mmmmm
So, sumbernya apa tho?
Mmmmm
Mungkin bukan apa
Tapi siapa
Lho?
Iya
Mungkin mulai sekarang harus berani
Menukik kepada penyebabnya
Dan itu bukan apa
Tapi siapa
Lalu siapa??

Sedih




Aku sedih..
Duduk sendiri..
Menatap huruf satu-satu yang bermunculan di depanku
Kutekan tuts satu-satu
Seiring gundah gulana yang menyelinap perlahan
Saat kuyakin bahwa aku sudah melepaskan
Tetapi ternyata sedih itu datang lagi
Sepi itu tak mau pergi
Walau telah kuusir saat liburan lalu
Walau telah kucoba usir pergi saat tertawa bersama mereka
Saat kucoba menghalau ketika aku gembira
Namun...
Sepi itu datang lagi
Sedih itu kembali
Tak mau pergi....