mewadahi yang tak terwadahi
mengungkap yang belum terungkap
menyusuri lorong-lorong yang jarang dilewati

Wednesday, September 12, 2007


Melatiku


Kutulis ungkapan rasaku ini dengan tinta warna hijau tumbuhan, warna pengharapan. Kenapa?Aku sedang suka dengan tumbuhan. Tepatnya sedang belajar merawat tanaman. Bagiku merawat tanaman itu seperti merawat kehidupan.

Dulunya tangan-tanganku ini panas. Alias tanaman hidup yang kusentuh jadi mati :( Jangankan mawar, kaktus aja mati. Duh. Tapi, dengan niat yang tak pernah mati, kucoba menanam tanaman bunga. (Lho?) Iya, aku ingin agar 'taman' alias pot-pot tanaman yang berjejer di depan rumahku tak hanya aloe vera yang besar, tajam dan bergerigi... Aku ingin menghiasi tamanku itu. Impianku adalah mempunyai taman bunga berwarna putih. Ya aku memang suka warna hijau dan putih. Bagiku manis dan sederhana.

So, kumulai dengan menanam bunga melati, bunga kemuning (walaupun berkata dasar kuning dan mendapat sisipan em tapi warna bunganya putih), bunga bakung, dan bunga gladiool, bunga tapak dara (ini spesial mengenang masa-masa Tk. Waktu itu suka banget metik bunga tapak dara di halaman sekolah saat berbaris menunggu masuk kelas. Hehe nakal ya?). Semuanya pemberian dari sahabat dan famili. Heheh namanya juga belajar, jadi pengen lebih cepat berhasil dan gratos..heheeh.

Awalnya tanaman melati yang kudapat dari mama temanku berbunga lebat sekali. Begitu pula tanaman kemuning. So, aku optimis banget kedua tanaman itu bakal menghiasi 'taman' alias halaman depanku yang mungil itu..Eeeeh.. dalam hitungan hari.. mereka tidak berbunga, bahkan melatiku tak berdaun.. Ach sedih banget...sedih.... apakah tangan-tangan ini 'panas' ya?
Dengan niat yang masih tersisa. Aku sirami terus tanaman itu. Dan setiap kusirami, kudoakan dalam hati, dan kuminta mereka untuk tetap bertahan hidup dan berbunga..Tips berbicara pada tanaman ini kudapat dari para pencinta tanaman juga lho..
Heheh ternyata mereka mendengar harapan dan doaku.. Sekarang tanamanku berbunga. Memang tidak sebanyak saat mereka tinggal di halaman mama temanku, tapi mereka hidup dan berbunga terus.

Senang sekali bisa melihat batang kering tanaman melatiku lambat laun menunjukkan lembar demi lembar daunnya. Dan di tengah rerimbunan daunnya, terselip bunga-bunga mungil putih yang beraroma lembut mewangi.. ach...

Dari tanaman-tanamanku itu aku belajar apa artinya hidup, dan merawat kehidupan. Seperti melatiku, kita perlu dan berani mati, merontokkan daun-daun kecemasan dan segala kegagalan kita, pengalaman pahit .. untuk menumbuhkan tunas-tunas harapan baru, geliat baru, dan semangat baru dan kita pun bisa memetik bunga putih kebahagiaan sebagai hadiahnya. Terima kasih bunga-bungaku...