mewadahi yang tak terwadahi
mengungkap yang belum terungkap
menyusuri lorong-lorong yang jarang dilewati

Sunday, June 08, 2008

Perlambatan

Ide tentang perlambatan ini kubaca di harian Kompas pada pergantian tahun. Dan baru kusadari dan rasakan nikmatnya kemarin, hari Minggu siang. Mengajak temanku, aku menemui kakakku dan keluarganya di Taman Surapati. Dari pukul 1 siang hingga pukul 5 sore aku nikmati hawa segar nan sejuk di bawah pohon-pohon besar dengan daun-daun yang berguguran, serasa musim gugur. Waktu serasa berhenti.
Di depanku sekelompok pemain biola sedang berlatih. Ada yang masih usia SD kelas 1 atau 2, ada remaja, ibu-ibu bahkan bapak yang rambutnya mulai beruban. Mereka berlatih untuk tampil di istana. Ada seorang bapak keriting bertopi pet merah sedang memberi aba-aba kepada para pemain yang sedang menggesek senar biola mereka memainkan lagu Gundul-gundul pacul..
Di area yang lain tampak seorang laki-laki dan perempuan berpose di depan kamera. Bahkan ada adegan gendong-gendongan segala kaya iklan produk susu. Tampaknya meeka sedang mempersiapkan foto pre wedding mereka..
Di sudut yang lain, ada yang asyik membaca buku. Tadinya kupikir seorang lelaki muda itu sedang menunggu seseorang. Namun, tak ada tanda kegelisahan yang ditampakkan oleh bahasa tubuhnya. Ia tidak sebentar-sebentar melihat telepon genggamnya. Ia duduk termenung di rerindangan pohon. Dan setelah beberapa lama, ia membuka buku dan asyik membaca.
Sedangkan aku, asyik mengamati sekitar sambil menikmati segarnya pecel pincuk, tahu, dan telor dadar yang kubeli dari ibu-ibu latah. Setelah kenyang, kunikmati bercanda bersama keponakan laki-lakiku yang dengan bangga bisa meniti tepi trotoar.. ia pun asyik mengamati air mancur dan suasana sekitar.
Ah.. akhirnya setelah sekian lama aku boleh menikmati perlambatan. Selama hampir setengah hari aku tak melakukan kegiatan yang cepat dan produktif.. hanya menonton, menikmati udara, angin, daun, tawa anak-anak, dan ngobrol santai...
Aku menjanjikan diriku untuk kembali ke Taman Surapati lagi....